photobucket
Cinta adalah kekuatan yg mampu mengubah duri jadi mawar mengubah cuka jadi anggur mengubah sedih jadi riang mengubah amarah jadi ramah mengubah musibah jadi muhibah, Belajar dari masa lalu untuk menjadi arif dalam kehidupan mendatang, Dengan memberi kamu menerima, Dengan memaafkan kamu dimaafkan, Dengan mati kamu hidup abadi, Haruskah kita mengingkari masa lalu jika yang lalu dapat memberikan inspirasi bagi masa depan

Jumat, 11 Juni 2010

JOYOBOYO FORECAST/JONGKO JOYOBOYO ( Refleksi Ramalan Dalam Kehidupan Kekinian)


Bulan ini Indonesia kehilangan salah satu tokoh paranormal terkenal yaitu Mama Lauren. Berbicara dunia ramal - meramal dalam konteks sejarah mengingatkan saya pada tokoh Prabu Jayabaya, Raja Kerajaan Kediri yang memerintah tahun 1130 – 1157 M. Jayabaya selain raja besar juga merupakan raja yang memiliki keunggulan/linuwih terutama dalam hal membaca tanda-tanda jaman dan merangkainya menjadi sebuah ramalan terkenal yang sering disebut sebagai Jongko Jayabaya.

Sekedar untuk merefleksi salah satu dari ramalan Jayabaya akan kami cuplikkan narasinya :

Pancen wulak-waliking jaman, amenangi jaman edan. Ora edan ora kumanan, sing waras podo ngagas. Wong tani podo ditaleni, wong duro podo uro-uro. Beja bejaning sing lali, isih bejo kang eling lan waspodo

Wong waras lan adil uripe ngenes lan kepencil.Sing ora biso maling digethingi, sing pinter duroko dadi konco. Wong bener san soyo thenger-thenger, wong salah sang soyo bungah. Akeh bondho musno tan karuan larine, akeh drajat lan pangkat podho minggat tan karuan sebab.

Akeh wong nglanggar sumpahe dhewe, manungso podho seneng ngalap, tan nindaake hukume Allah.Barang jahat diangkat-angkat, barang suci dibenci.Sing edan podho biso dandan, sing ambangkang podho biso nggalang omah gedong magrong-magrong.

Narasi tersebut jika diterjemahkan kira-kira berbunyi sebagai berikut :
Sungguh jaman gonjang-ganjing, menyaksikan jaman gila tidak ikut gila tidak dapat bagian, yang sehat podho olah pikir. Para petani dibelenggu, para pembohong bersuka ria. Beruntuntunglah bagi yang lupa, masih lebih beruntung yang ingat dan waspodho.

Orang waras dan adil hidupnya memperihatinkan dan terkucil, yang tidak dapat mencuri dibenci, yang pintar curang jadi teman. Orang jujur makin tak berkutik, orang salah makin pongah. Banyak harta musnah tak jelas larinya. Pangkat dan kedudukan lepas tanpa sebab.

Banyak orang janji diingkari, banyak orang melanggar sumpahnya sendiri. Manusia senang menipu, tidak melaksanakan hukum allah. Barang jahat dipuja-puja, barang suci dibenci. Yang gila dapat berdandan yang membangkang bisa punya rumah gedung mewah-mewah.

Jika dicermati narasi dalam Joyoboyo Forecast, dalam kehidupan masyarakat kini ternyata dapat ditarik benang merahnya dengan nyata. Entah sengaja atau tidak,”kebeneran” atau memang benar; masyarakat di Indonesia sekarang tidaklah jauh dari apa yang dituliskan tersebut.

Dalam Joyoboyo Forecast dikatakan bahwa jaman sekarang merupakan jaman gila (edan ). Adapun ciri dari jaman edan diantaranya :
1.Banyak orang yang hidupnya memiliki filosofi keliru, dengan mengatakan bahwa kalau tidak ikut berbuat gila(edan) maka ia tidak akan mendapatkan apa-apa.
2.Petani tidak dilindungi dengan kebijakan-kebijakan yang pro terhadap kepentingan petani.
3.Kebohongan menjadi menu sehari-hari, bahkan orang yang jujur dan amanah akan dibenci dan dikucilkan.
4.Hukum Allah mulai dikaburkan demi kepentingan-kepentingan pribadi atau kelompok
5.Yang gila dapat hidup makmur dengan membangun rumah mewah dimana-mana.

Dalam kehidupan kekinian ciri – ciri tersebut begitu dekat dan akrab dengan masyarakat kita. Misalnya kita dapat mengambil sempel kasus-kasus up to date ; seperti kasus penggelapan pajak oleh Gayus , Kasus heboh Vidio mesum mirip artis terkenal ibukota, kebijakan eksport beras dan gula oleh pemerintah, program pembangunan yang menitik beratkan pada sektor Industri bukan sektor agraris,praktek jurus katak berenang dalam tiap instansi dan lembaga , banyaknya pejabat yang korup dll telah menjadi menu harian dan tontonan yang memuakkan di bumi pertiwi ini.

Lantas bagaimana kita mensikapi ramalan tersebut yang ternyata kalau dikaji dan dicermati hampir menjadi sebuah kenyataan bukan keniscayaan. Percaya terhadap ramalan memang tidak diperbolehkan dalam agama, karena dapat mengarahkan ke perbuatan musrik. Akan tetapi menjadikan sebuah ajaran leluhur sebagai pepenget, atau pengingat bagi kita dalam menapaki kehidupan tentu akan menjadi lebih bermakna dan menjadi lentera jika kita kehilangan pedoman.
Karena sebaik-baiknya manusia yaitu manusia yang selalu eling dan waspada. Mudah-mudahan kita tetap dapat menjadi golongan manusia yang eling bukan ikut-ikutan gila. Arus boleh menerjang kita dengan deras, tapi jika kita tetap berpedoman pada nilai-nilai kebenaran , niscaya kebahagian sejati yang akan kita temui. Berfikir jernih, berlaku bijaksana, akan menjadi kunci kebahagian hakiki ! Yakinlah .............................

Jumat, 07 Mei 2010

PENDIDIKAN DI INDONESIA (Antara Output dan Proses)


Bulan Mei tahun ini merupakan bulan yang cukup penting bagi dunia pendidikan Indonesia. Setidaknya dalam bulan tersebut terjadi pengumuman hasil Ujian Nasional dan Ujian Sekolah yang kemudian menjadi dasar untuk membuat keputusan lulus tidaknya peserta didik dalam sebuah jenjang pendidikan.
Kebetulan pada saat tulisan ini dibuat, jenjang SMA dan SMP telah mengumumkan hasil Ujian tersebut. Menurut data pada tahun ini terjadi penurunan prosentase angka kelulusan baik jenjang SMP maupun SMA. Yang lebih mengejutkan terdapat 561 SMP seluruh Indonesia yang angka kelulusannya 0%. Sedangkan untuk jenjang SMA yang sudah diumumkan lebih awal diketahui ada 267 sekolah yang angka kelulusannya 0%.(sumber harian kompas).Tentu saja hasil itu membuat terkejut masyarakat dan pemerintah baik Eksekutif maupun Legislatiftif.Bahkan yang lebih mengherankan ada masyarakat yang demo, mahasiswa demo dalam mensikapi pengumuman UN/US tersebut. Maka dapatlah dibayangkan dalam minggu-minggu setelah pengumuman berbagai mas media mencoba menghadirkan berita-berita dan wawancara tentang persoalan pendidikan, yang memang kebetulan juga bertepatan dengan peringatan hari pendidikan nasional. Dari analisis para pakar pendidikan dan cerita-cerita sekitar dunia pendidikan, saya sendiri merasa miris dengan pendidikan di Indonesia ini.
Bagaimana tidak miris, karena pendidikan di Indonesia sudah cukup lama telah tercabut dari tujuan hakiki pendidikan itu sendiri. Pendidikan di Indonesia telah mengalami disorientasi. Pendidikan di Indonesia kurang memperhatikan dan menghargai proses mendidik, mereka lebih banyak menekankan aspek output dibandingkan bagaimana meningkatkan prosesnya. Inilah mungkin yang menjadikan pendidikan di bumi pertiwi ini makin terjun bebas dan kehilangan arah.

Hakekat pendidikan .
Dari kondisi tersebut kayaknya kita perlu kembali merenung tentang apakah hakekat dari pendidikan itu sendiri. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia dewasa untuk menuntun dan mengarahkan manusia-manusia muda dalam mencapai kedewasaanya. Sehingga kelak mereka akan mampu bertanggungjawab atas apa yang dilakukan dalam kehidupan ini. Dari pernyataan tersebut setidak-tidaknya kita dapat mengatakan bahwa dalam pendidikan itu ada beberapa unsur yang tidak boleh dilupakan yaitu: 1) Pendidikan merupakan upaya sadar dari dan oleh manusia.2)Melibatkan Pendidik, Tenaga Kependidikan, Pemerintah, Peserta Didik dan masyarakat.3)Ada tujuan yang akan dicapai bersama yaitu membentuk manusia dewasa yang intelek, bermoral dan beragama, yang memiliki keseimbangan dalam sisi jasmani, rohani dan intelektualnya. Hakekat pendidikan tersebut mestinya disadari, dan dilaksanakan jangan hanya menjadi sebuah teori tanpa makna yang kemudian dikhianati demi kepentingan-kepentingan instan.Karena pengkhianatan terhadap hakekat pendidikan sama saja dengan kegagalan untuk tercapainya tujuan mendidik yaitu membentuk manusia dewasa.
Inilah yang terjadi di Indonesia dan kejadian tersebut sudah terjadi hampir 30 tahunan. Maka jangan heran jika ditiap lini kehidupan kita sering menemukan manusia-manusia yang gagal menemukan kedewasaannya.

Kembali ke Khittah Pendidikan.

Bisakah kita kembali ke trek pendidikan ? sebuah pertanyaan yang sering terdengar dari para praktisi pendidikan yang masih semangat dan rindu akan pentingnya pendidikan. Tentu saja masih ada waktu dan kesempatan bagi kita untuk mengembalikan pendidikan pada treknya.Lalu hal -hal apa sajakah yang harus dilakukan ;
Menurut hemat penulis kita harus berani mengambil kebijakan yang murni dan tulus untuk kemajuan pendidikan dengan cara :1. Kembali menekankan aspek proses pendidikan bukan output pendidikan.2. Taat terhadap asas dan norma-norma dalam mendidik. Jangan sampai asas dan norma pendidikan diintervensi oleh kebijakan politik.3).Jauhkan dunia pendidikan dari intervensi poitik baik legislatif maupun Eksekutif.4)Masyarakat harus siap menghadapi resiko baik resiko naik/tidak naik, lulus tidak lulus dan biaya pendidikan yang memang diperlukan untuk menjalankan proses yang baik.5)Bikin regulasi yang dapat menjamin kualitas pendidik baik dilihat dari aspek kemampuan maupun ekonominya.Kalau diperlukan beri jaminan bahwa anak pendidik dijamin pendidikannya oleh negara.6).Tingkatkan sarana dan prasarana pendidikan dengan membuat anggaran yang fokus untuk peningkatan SDM.
7)Bukalah pintu dialog yang membangun untuk mengatasi carut marutnya pendidikan.Para pakar pendidikan jangan hanya dapat berdebat kusir, dan membuat proyek-proyek ujicoba dengan mengadopsi teori-teori dari barat yang belum tentu dapat diaplikasikan di negeri ini, bahkan ada kemungkinan malah hanya membuat pendidikan makin tercabut dari akar budaya negeri ini.

Jika kita berusaha pasti semua ada jalannya. Mungkin itu yang harus menjadi keyakinan kita bersama. Mudah-mudahan UN tahun depan sudah dapat menemukan formula yang pas, yang dapat diterima oleh semua kalangan dan murni bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Selamat hari pendidikan nasional, Majulah negeriku majulah pendidikan di Indonesia !




Kamis, 21 Januari 2010

Makna dibalik Cerita Sejarah Rakyat Syeh Belabelu

Pada akhir masa Pemerintahan Prabu Brawijaya dari kerajaan Majapahit, berkembanglah pengaruh Islam yang begitu dahsat hingga masuk ke wilayah keluarga kerajaan. Dari lingkungan istana sendiri ada kelompok yang pro dan kontra terhadap perkembangan pengaruh Islam. Kelompok kontra inilah yang kemudian mencoba keluar dari istana dengan pengikut-pengikutnya pergi kedaerah-daerah pinggiran yang dianggap aman serta jauh dari jangkauan terhadap pengaruh Islam.

Tersebutlah dalam cerita rakyat tokoh dari kerajaan Majapahit yang melarikan diri untuk mempertahankan kepercayaannya tersebut. Dia adalah Raden Joko Bandem. Raden Joko Bandem dengan para pengikutnya meninggalkan Istana menyusuri pantai selatan sehingga sampai di bukit pemancingan di dekat Parang Tritis. Karena menganggap bahwa daerah tersebut aman dan tidak terjangkau oleh penyebaran Islam, Raden Joko Bandem kemudian memerintahkan kepada pengikutnya untuk mendirikan Padepokan .

Dalam perkembangannya ternyata R. Patah selaku penguasa Demak juga mengutus ulamanya untuk melakukan syiar Islam di daerah Pantai Selatan. Ulama tersebut yaitu Maulana Magribi yang kemudian mendirikan Pondok sebagai basis syiar Islam di bukit Sentana yang berdekatan dengan bukit pemancingan. Akhirnya dengan kearifan dan pendekatan kultural , banyak masyarakat sekitar Parangtritis yang memeluk Islam tidak terkecuali pengikut-pengikut Raden Joko Bandem. Raden Joko Bandem pun dalam perkembangannya tertarik dan kemudian masuk Islam dengan seluruh pengikut-pengikutnya. Dengan masuk Islamnya Joko Bandem namanya pun kemudian diganti menjadi Syeh Belabelu.

Sejak masih muda, Raden Jaka Bandem yang sekarang telah berganti nama Syekh Belabelu, memiliki kegemaran atau kebiasaan tirakat atau bertapa. Bahkan setelah menjadi Syekh sekalipun, kebiasaannya bertapa itu masih tetap dipelihara dan dilanjutkan.

Cara Syekh Belabelu bertapa bernyata lain dari yang lain. Orang lain biasa melaksanakan puasa dengan jalan menjauhkan diri dari kenikmatan, setidak-tidaknya mengurangi segala macam kesenangan duniawi, misalnya makan dan tidur. Sedangkan Syekh Belabelu dalam pelaksanaan tapanya seakan-akan hanya mementingkan kepuasan dirinya pada soal makan saja. Di sepanjang hari kerjanya tidak ada lain kecuali hanya menanak nasi dan makan. Kalau nasi sudah masak dia makan sampai nasi itu habis dan setelah habis lalu menanak nasi lagi. Begitulah seterusnya. Versi lain menceritakan, Syekh Belabelu mengupas butir-butir padi satu persatu. Setelah terkumpul beras secukupnya, mulailah dia menanak beras itu menjadi nasi. Setelah nasi masak lalu ditebarkannyalah ke pasir. Kesibukan selanjutnya ialah memunguti butir-butir nasi itu satu persatu. Dibersihkannya pasir yang melekat pada butir-butir nasi itu, lalu mulailah dia memakannya. Dengan demikian maka tak pernah dia sempat beristirahat dan tidur.

Pada suatu ketika Syekh Maulana Mahgribi berkata kepada Syekh Belabelu, “Mengapa anda melaksanakan tapa dengan cara yang tidak lazim dilakukan orang?”

“Saya kira, dengan cara semacam inipun saya akan berhasil mencapai tujuan. Biarlah orang lain menjalankan dengan cara lain, sebaliknya biarkanlah saya menempuh dengan cara saya sendiri”, begitu jawab Syekh Belabelu. “Kalau anda masih menyangsikannya, marilah kita uji dan kita buktikan hasilnya. Anda bertapa dengan cara anda, dan saya dengan cara saya sendiri. Setelah kita laksanakan dalam waktu satu bulan, coba kita uji, mana yang lebih berhasil.”

Setelah itu, mulailah mereka berdua menjalankan tapa atau tirakat dengan cara mereka masing-masing. Setelah selang satu bulan, mulailah mereka akan mengetahui atau menguji, tapa siapakah yang lebih berhasil. Setelah itu mereka akan mengadakan perlombaan.

Perlombaan itu ialah mengadu kecepatan dalam menempuh jarak tertentu. Adapun jarak yang ditentukan harus ditempuh ialah dari pantai Parangtritis sampai ke Mekkah untuk sholat Jumat.

Pada hari yang telah ditentukan, Syekh Maulana Mahgribi pagi-pagi datang ke pondok Syekh Belabelu. Sesampai di sana, ternyata Syekh Belabelu masih sibuk menanak nasi, sama sekali tidak nampak adanya persiapan akan bepergian jauh.

“Bukankah telah ditentukan bahwa pagi ini kita akan ke Mekkah untuk sholat Jumat di sana?” kata Syekh Maulana Mahgribi.

“Ya, saya tidak melupakan ketentuan itu”, kata Syekh Belabelu. “Tetapi saya belum dapat berangkat sebelum makan. Silahkan anda berangkat dahulu. Selesai makan nanti saya segera menyusul.”

Kemudian berangkatlah Syekh Maulana Mahgribi menuju Mekkah. Sedang Syekh Belabelu dengan santainya makan nasi yang ditanaknya. Sama sekali tidak menampakkan raut muka cemas atau khawatir akan kalah dalam pertandingan melawan Syekh Maulana Mahgribi.

Sesampai di Mekkah, Syekh Maulana Mahgribi melihat telah banyak orang yang datang untuk sholat Jumat. Begitu masuk ke ruang masjid, Syekh Maulana menoleh ke kanan dan kiri, untuk mencari tempat duduk yang nyaman.

Tiba-tiba Syekh Maulana Mahgribi menjadi terkejut dan heran, setelah dilihatnya Syekh Belabelu telah duduk bersila di dalam ruangan masjid itu, di tempat yang tidak jauh dari tempat dia berdiri. Dengan tenangnya Syekh Belabelu tersenyum, melambaikan tangan dan memberi isyarat agar Syekh Maulana Mahgribi duduk di sampingnya. Syekh Maulana Mahgribi akhirnya duduk dan mengatakan bahwa dia mengakui keunggulan Syekh Belabelu.

Cerita tersebut dapat dimaknai sebagai berikut 1) Ibadah adalah sebuah komunikasi eksklusif antara makhluk dan penciptanya, kurang sewajarnya jika manusia harus mengatur bahkan mungkin memaksa orang untuk melakukan tata cara yang sama. 2) Toleransi adalah kunci penghormatan kepada sesama makhluk Tuhan dalam menjalankan ibadah, 3) Allah / Tuhan Yang maha Esa akan memberikan tempat yang sebaik-baiknya kepada semua umatnya jika dia beribadah secara ikhlas tanpa ada unsur ria ataupun ingin dinilai orang lain . Marilah kita belajar ikhlas dalam hidup ini agar kebahagian sejati yang menjadi keinginan seluruh manusia dapat kita raih pada saat nanti. Makna cerita rakyat tersebut mungkin dapat disandingkan dengan cerita Bubuksyah dan Gagang Aking dalam relif Candi Penataran

(Diambil dari berbagai sumber cerita rakyat nusantara)

Jumat, 15 Januari 2010

MGMP SEJARAH KOTA TANGSEL

Warta Guru Tangsel.

Musawarah Guru Mata pelajaran sejarah Kota Tangsel akhirnya dapat ngumpul bareng pada hari Jum'at 15 Januari 2010. Pertemuan tersebut diadakan di SMA Al Azhar BSD dengan agenda pembahasan program kerja MGMP dan persiapan MGMP Sejarah dalam penyusunan kisi-kisi dan soal dalam Ujian Sekolah tahun 2010.

Dalam pertemuan tersebut Parnoyadi, S.Pd selaku Penanggungjawab Bidang Pendidikan Sejarah memberikan arahan agar MGMP Sejarah Kota Tangsel tidak bersifat panas-panas...... ( harus memiliki komitmen tinggi untuk eksis). Selain itu beliau juga mengharapkan agar masalah-masalah klise MGMP seperti anggaran tidak dijadikan alasan untuk kemudian MGMP tidak memiliki eksen.
Solusinya MGMP Sejarah harus memiliki rencana aksi ( program kerja ) termasuk program pendanaan. Dari situlah akan tergambar berapa kebutuhan dana dan bagaimana cara mensikapinya.

Kegiatan pertemuan tersebut dilanjutkan dengan pembahasan penyusunan kisi-kisi soal yang akan dijadikan acuan dalam pembuatan soal dalam pelaksanaan Ujian Sekolah SMA tahun 2009/2010 tingkat Kota Tangsel.
Selamat bekerja kepada seluruh guru sejarah di tangsel samapai jumpa dalam pertemuanyg akan datang ! ( salam sejarah)

Rabu, 06 Januari 2010

SALAM HISTORY

Jangan lupakan sejarah, demikian pesan dari Founding Father kita SOEKARNO. Jika dikaji dengan cermat memang tidak keliru pernyataan tersebut, karena sejarah jugalah yang telah membuktikan bahwa tidak ada negara besar, bangsa besar yang melupakan sejarah. Meraka pastilah Bangsa dan Negara yang menempatkan sejarah dalam porsi penting bagi negaranya. Kita bisa lihat Amerika, Jepang dan Negara-Negara di Eropa semuanya negara Maju karena diantaranya mereka dapat menempatkan Sejarah sebagai Roh untuk membangun dan mengembangkan negaranya.

Lantas bagaimana dengan Indonesia; sebagai anak bangsa saya begitu cinta kepada Indonesia. Tapi disisi lain saya agak gamang dengan pelestarian nilai-nilai sejarah di republik ini. Pemimpin kita paham bahwa sejarah itu perlu, tapi disisi lain kebijakan yang mereka keluarkan tidak mej dengan pentingnya sejarah dalam membangun bangsa.

Maka dapat dimengerti, ketika kebijakan pemerintah tidak pro terhadap studi-studi sejarah dan penanaman nilai-nilai sejarah yang ada generasi-generasi muda kita banyak yang melupakan sejarah dan kurang dapat memaknai sejarah.
Akan kemanakah kita dibawa....Jika kapal tidak memiliki panduan untuk mengantarkan penumpang pada pelabuhan masa depan. Marilah kembali kita harus menempatkan sejarah pada porsi yang semestinya di Republik ini. Salam sejarah yang menyejarah he he he !